Mar 3, 2011

Hidup adalah pilihan

Semua orang, yang kaya ataupun miskin, cantik ataupun buruk rupa, pandai ataukah bodoh, seringkali mengeluh tentang betapa berat dan susahnya menjalani hidup ini.

Apakah hal ini tak bisa dihindari? Adakah pilihan bagi kita yang ingin merasakan keindahan hidup?

Tiap hari kita dihadapkan pada pilihan-pilihan. Dan kita harus memutuskan mana yang akan kita pilih. Dan tiap pilihan itu akan membuat kita menemukan berbagai pilihan selanjutnya secara berurutan.

Pagi hari.
Saat kita terjaga dari tidur kita semalaman.
Disini kita harus memilih, apakah kita mau membuka mata kita dan segera bangkit dari tempat tidur untuk melakukan kegiatan kita. Ataukah tetap memilih untuk tetap memejamkan mata dan meneruskan tidur kita.
Jika kita memilih untuk tetap terpejam, mungkin saja kita telah memutuskan untuk menghilangkan berbagai kesempatan emas yang bisa saja muncul di hari itu.
Tetapi sebaliknya jika kita segera membuka mata dan memanjatkan syukur kita karena telah diberikan perpanjangan waktu lagi dalam hidup, maka pilihan kita tersebut akan menghantarkan kita untuk bisa memasuki hari itu dan siap menerima berbagai keberhasilan.

Bagi kita yang berangkat kerja, dalam perjalanan bisa saja kita menemui pilihan-pilihan lagi. Misalnya pada saat akan melintasi lampu lalu lintas yang baru saja berubah menjadi warna merah. Jika kita memilih untuk tancap gas karena kita merasa terburu-buru dikejar waktu, maka bisa saja kita akan ditilang oleh pak polisi yang telah siap berdiri di jalan itu. Mau cepat malah jadi lambat.
Sebaliknya jika kita dengan sabar menunggu hingga lampu berubah jadi hijau lagi, dan pada saat berhenti itu kita membeli sesuatu dari penjual asongan yg menawari kita barang dagangannya. Berarti kita telah membagikan rejeki kita untuk pedagang itu.
Daripada kita kehilangan uang hanya untuk kesalahan kita sendiri, lebih baik kita berikan untuk orang yang lebih membutuhkannya.

Di tempat kerja.
Saat menerima telepon dari supplier baru yang memaksa kita untuk menerima penawarannya.
Mungkin kita bisa saja menolak dengan ditambahi kata-kata sengit yang semestinya tidak perlu kita ucapkan. Tapi apakah hal tersebut perlu? Bukankah hanya akan membuat orang tersebut sakit hati.
Bukankah lebih baik kita menolak secara halus agar tidak sampai membuatnya marah juga.

Atau jika kita yang menawarkan barang atau jasa ke para langganan.
JIka kita sampai ditolak, daripada kita menanggapinya dengan uring-uringan,
alangkah lebih bijaksana nya jika kita menerimanya  dengan sepenuh hati dan tetap ramah. Karena walaupun mungkin saat itu memang orang tersebut kurang memerlukan produk kita. Tetapi bisa saja disuatu kesempatan lain, karena keramahan kita maka orang tersebut akan mengingat dan menghubungi kita kembali.

Untuk ibu rumah tangga.
Walaupun hanya berada dirumah, banyak juga pilihan yang harus diambil. Mulai dari hal menyiapkan makanan untuk keluarga. Apakah memasak sendiri ataukah beli makanan siap saji. Apakah akan belanja di pasar atau di supermarket. Menu daging atau sayur. Jika ditulis satu persatu akan menghabiskan berpuluh-puluh lembar kertas.

Hal-hal diatas hanya sekelumit contoh berbagai pilihan yang terus kita hadapi. 
Banyak sekali pilihan yang akan kita jumpai sepanjang waktu hidup kita. Pilihan kecil dan besar. Pilihan untuk hal yang sepele hingga yang rumit. Pilihan yang baik atau buruk Pilihan untuk marah atau tersenyum. Pilihan untuk sabar atau uring-uringan. Semuanya tergantung kita. Jika kita tepat dalam mengambil suatu keputusan untuk pilihan kita, maka biasanya kita akan bisa lebih memaknai hidup ini dengan baik.

Hidup ini penuh dengan pilihan. Apakah kita memilih untuk mengisinya dengan segala yang positif, ataukah malah memenuhinya dengan hal-hal negatif yang akan menghabiskan seluruh energi kita.

No comments:

Post a Comment