Feb 23, 2011

BUAH HATI.. haruskah ada?

Anak…
Merupakan dambaan dari setiap pasangan suami istri
Hampir semua keluarga mendambakan hadirnya sang buah hati dalam pernikahan mereka.

Tetapi banyak sekali pasangan yang telah membina rumah tangga selama bertahun-tahun, belum juga dikaruniai keturunan.
Dan tiap kali mereka seolah mendapat tekanan dan selalu disudutkan oleh pertanyaan dari pihak keluarga dan relasi: kapan nih dapat momongan?
HIngga akhirnya banyak juga rumah tangga yang harus ribut bahkan kandas hanya karena ketidakhadiran si BUAH HATI

Yang jadi permasalahan disini, apakah memang hanya anak yang menjadi tujuan akhir dari terciptanya rumah tangga?
Bagaimana jika ternyata “tujuan akhir” tersebut tidak dapat terwujud? Apakah lalu rumah tangga tersebut harus diakhiri juga?
Apakah hanya anak yang menjadi sumber kebahagiaan dalam rumah tangga tersebut?
Bagaimana jika anak yang terlahir itu dalam kondisi yang “kurang sempurna”, misalnya: cacat, menderita kelainan genetik, hingga akhirnya tak dapat tumbuh normal dan jadi langganan tetap Rumah Sakit?
Masihkah bisa dianggap sebagai sumber kebahagiaan keluarga? Bukankah sebaliknya. Anak tersebut malah akan menjadi sumber permasalahan baru dalam keluarga tersebut.

Jika demikian, masih bisakah diterapkan semboyan: banyak anak banyak rejeki?

Banyak sekali dilema yang bakal muncul. Pro kontra pasti akan timbul.
Lalu untuk apa tetap memaksakan diri untuk “memunculkan satu jiwa” lagi yang jelas-jelas akan mengalami penderitaan didunia ini, jika pada akhirnya akan menyulitkan diri sendiri dan sekaligus anak tersebut.

Lebih baik tidak Memang TUHAN lah yang mengatur kehidupan dan kematian, tapi bukankah kita manusia diberi akal budi untuk berpikir dan mengambil langkah yang dianggap paling tepat mengenai hal ini.

No comments:

Post a Comment